Rabu, 06 Februari 2013

fanatisme dan kekerasan



 oleh : Lies Wardoyo
Fanatisme merupakan fenomena  yang terjadi dimasyarakat dunia, keberagaman etnis dan kelompok  serta ketidak adilan akan memicu kelompok tertentu untuk bertahan karena keterdesakan atau hilangnya rasa aman dari diri mereka.  Fanatisme merupakan perilaku yang  tidak lagi rasional dalam bertindak,  hal ini terjadi karena ketikmampuan memahami karakteristik orang lain yang berada diluar kelompoknya dan tidak berlandaskan pada benar atau salah tetapi sama atau berbeda dengan mereka, berawal dari kekaguman pada diri, rasa cinta yang berlebihan pada orang,  keluarga dan suku serta  rasa memiliki yang tinggi dan ingin selalu memberi yang terbaik untuk orang atau kelompok yang dikagumi membuat mereka rela melakukan apa saja  dan tidak jarang fanatisme ini berakhir pada tindak extrimisme dan radikalisme. 
Dunia yang sangat global, dimana melalui teknologi orang mampu berinteraksi dan mengetahui  kegiatan orang diluar jangkauannya seharusnya memudahkan mereka untuk mengenal satu sama lain dan menyatukan perbedaan dan memudahkan mereka untuk memahami berbagai etnis, berbagai pemahaman yang beragam dari belahan dunia lain, namun anehnya, semakin canggih teknologi dan era keterbukaan, mereka semakin menutup diri untuk diketahui orang-orang diluar kelompok mereka. Mereka menghimpun kekuatan pada orang-orang yang sama persepsinya dan menunjukkan identitas serta  membatasi akses   orang diluar persepsi mereka.  Hal ini sudah  lumrah terlihat, jika anda pergi kesuatu tempat  seperti ke suatu negara, kota besar atau mungkin dilikungan sekitar,  anda akan melihat kelompok-kelompok minoritas yang sering mengadakan pertemuan untuk menguatkan solidaritas mereka,  melakukan aktivitas yang sama dan orang yang berbeda akan asing ditengah-tengah mereka, kelompok-kelompok inilah yang akan melahirkan fanatisme kelompok dan ini banyak kita jumpai.   

Fanatisme mempengaruhi pola pikir  dan persepsi seseorang dalam memahami kelompoknya dan orang-orang diluar kelompok tersebut serta  mempenggaruhi perilaku yang mereka lakukan dalam mempertahankan keberadaan kelompoknya. Yang menarik adalah tidak kita temui mengkristalnya mereka dari kelompok besar disuatu tempat bukan dilandasi oleh agama yang mereka anut, karena agama bersifat universal dan semua warna kulit, segala lapisan masyarakat dan berbagai etnis  akan  berkumpul untuk satu tujuan beribadah. Jika mereka menamakah bahwa fanatisme mereka berlandaskan agama pastilah karena kelompok aliran dari suatu agama dan bukan agama itu sendiri.
Apa yang mendasari lahirnya fanatisme terdapat  dua penyebab lahirnya fanatisme, yakni 
  • faktor psikologis, Allah swt  menyematkan dalam jiwa manusia,  naluri untuk bertahan dan melawan keterasingan, dengan  mengikatkan diri pada suatu komunitas sehingga membuat seseorang merasa nyaman dan dibutuhkan, kemudian  rela untuk membela kelompok dimana ia bernaung dan menjadi garda terdepan sudah menjadi keharusan. Sifat inilah yang melahirkan cinta buta sehingga perilaku destruktif lahir untuk melegalkannya. Dan ketika menghadapi sesuatu yang berbeda, manusia akan cenderung mengambil salah satu dari dua pilihan  yakni  mendekati untuk menghilangkan rasa ingin tahu atau menjaga jarak dan menjauh. Namun jika mereka sudah merasa tersakiti,  trauma atau karena penggaruh sosial dari lingkungannya terhadap  pada suatu kelompok maka opsi kedua akan menjadi pilihan. Sehingga peleburan diri dengan komunitas diluar mereka menjadi tabu untuk diminati.
  • Faktor sosial, tak dapat dipungkiri pengaruh sosial dapat mempengaruhi paradigma  seseorang tentang sesuatu,  pola asuh orang tua dan lingkungan sosial merupakan faktor terkuat dalam melahirkan fanatisme, kebencian suatu kelompok pada kelompok lain membuat  orang-orang yang hidup bersama dalam kelompok tersebut meski tidak mengalami proses pertikaian akan sama persepsinya dengan orang yang yang mengalami kebencian pada kelompok diluar mereka dan  kuat memegang tradisional kelompok mereka.
Pengaruh sosial bukanlah faktor terbesar seseorang menghidupkan perilaku fanatismenya, karena banyak orang yang hidup pada suatu komunitas yang membenci suatu kelompok namun ada diantara mereka yang jernih memandang perbedaan dengan kelompok lain, karena ketika seseorang keluar dari kelompoknya dan berusaha untuk mengenal orang-orang diluar lingkaran mereka, pandangan negatif menjadi berubah, sehingga faktor sosial dianggap tidak kuat untuk mempengaruhi paradigma berfikir seseorang, namun jika kita menyentuh dimensi psikologis seseorang tentang fanatisme, yakni trauma, kekecewaan dan rasa ketidak adilan  sosial, ketidak adilan politik yang merupakan pil pahit yang harus mereka rasakan dan ini terjadi  diberbagai belahan dunia.

Menjadi negara atau komunitas yang terjajah dan tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan karena dibatasi oleh kelompok yang lebih kuat, kesenjangan ekonomi, ketidak adilan politik  membuat banyak luka dari orang-orang yang tersakiti  merupakan pemicu utama fanantisme. Dan inilah yang terjadi di Palestina, Afghanistan, Bosnia dan berbagai negara-negara yang secara peta politik dirampas kemerdekaannya  dan dibungkam  hak-hak asasinya sebagai manusia, sehingga menimbulkan teror dan ketidak nyamanan bagi negara-negara yang merampas hak-hak mereka dan membangkitkan solidaritas diantara mereka karena merasa senasib dan sam-sama merasa tidak berdaya, kesamaan nasib  inilah kemudian melahirkan perlawanan yang kuat dan siap membela kelompok atau negara  yang memiliki ideologi yang sama dengan mereka.
Satu hal yang menarik fanatisme tidaklah melihat setinggi apa pendidikan anda atau sejauh mana anda melangkah selama tinggal didunia, karena dorongan fanatisme lahir dari psikologi seseorang dan ketidak adilan global.

0 komentar:

Posting Komentar