oleh : Lies Wardoyo
Fanatisme merupakan fenomena yang terjadi dimasyarakat dunia, keberagaman
etnis dan kelompok serta ketidak adilan
akan memicu kelompok tertentu untuk bertahan karena keterdesakan atau hilangnya
rasa aman dari diri mereka. Fanatisme merupakan
perilaku yang tidak lagi rasional dalam
bertindak, hal ini terjadi karena
ketikmampuan memahami karakteristik orang lain yang berada diluar kelompoknya
dan tidak berlandaskan pada benar atau salah tetapi sama atau berbeda dengan
mereka, berawal dari kekaguman pada diri, rasa cinta yang berlebihan pada
orang, keluarga dan suku serta rasa memiliki yang tinggi dan ingin selalu
memberi yang terbaik untuk orang atau kelompok yang dikagumi membuat mereka
rela melakukan apa saja dan tidak jarang fanatisme ini
berakhir pada tindak extrimisme dan radikalisme.
Dunia yang sangat global, dimana melalui teknologi orang mampu
berinteraksi dan mengetahui kegiatan
orang diluar jangkauannya seharusnya memudahkan mereka untuk mengenal satu sama
lain dan menyatukan perbedaan dan memudahkan mereka untuk memahami berbagai
etnis, berbagai pemahaman yang beragam dari belahan dunia lain, namun anehnya,
semakin canggih teknologi dan era keterbukaan, mereka semakin menutup diri
untuk diketahui orang-orang diluar kelompok mereka. Mereka menghimpun kekuatan
pada orang-orang yang sama persepsinya dan menunjukkan identitas serta membatasi akses orang
diluar persepsi mereka. Hal ini sudah lumrah terlihat, jika anda pergi kesuatu
tempat seperti ke suatu negara, kota besar atau mungkin dilikungan sekitar, anda akan melihat kelompok-kelompok minoritas
yang sering mengadakan pertemuan untuk menguatkan solidaritas mereka, melakukan aktivitas yang sama dan orang yang
berbeda akan asing ditengah-tengah mereka, kelompok-kelompok inilah yang akan
melahirkan fanatisme kelompok dan ini banyak kita jumpai.
Fanatisme mempengaruhi
pola pikir dan persepsi seseorang dalam
memahami kelompoknya dan orang-orang diluar kelompok tersebut serta mempenggaruhi perilaku yang mereka lakukan dalam
mempertahankan keberadaan kelompoknya. Yang menarik adalah tidak kita temui mengkristalnya mereka dari
kelompok besar disuatu tempat bukan dilandasi oleh agama yang mereka anut, karena
agama bersifat universal dan semua warna kulit, segala lapisan masyarakat dan
berbagai etnis akan berkumpul untuk satu tujuan beribadah. Jika
mereka menamakah bahwa fanatisme mereka berlandaskan agama pastilah karena
kelompok aliran dari suatu agama dan bukan agama itu sendiri.
Apa yang mendasari lahirnya fanatisme terdapat dua penyebab lahirnya fanatisme, yakni
- faktor
psikologis, Allah swt menyematkan dalam jiwa manusia, naluri untuk bertahan dan melawan keterasingan,
dengan mengikatkan diri pada suatu komunitas sehingga
membuat seseorang merasa nyaman dan dibutuhkan, kemudian rela untuk membela kelompok dimana ia bernaung
dan menjadi garda terdepan sudah menjadi keharusan. Sifat inilah yang melahirkan
cinta buta sehingga perilaku destruktif lahir untuk melegalkannya. Dan ketika
menghadapi sesuatu yang berbeda, manusia akan cenderung mengambil salah satu
dari dua pilihan yakni mendekati untuk menghilangkan rasa ingin tahu
atau menjaga jarak dan menjauh. Namun jika mereka sudah merasa tersakiti, trauma atau karena penggaruh sosial dari
lingkungannya terhadap pada suatu
kelompok maka opsi kedua akan menjadi pilihan. Sehingga peleburan diri dengan
komunitas diluar mereka menjadi tabu untuk diminati.
- Faktor sosial, tak dapat dipungkiri pengaruh
sosial dapat mempengaruhi paradigma seseorang tentang sesuatu, pola asuh orang tua dan lingkungan sosial
merupakan faktor terkuat dalam melahirkan fanatisme, kebencian suatu kelompok
pada kelompok lain membuat orang-orang
yang hidup bersama dalam kelompok tersebut meski tidak mengalami proses
pertikaian akan sama persepsinya dengan orang yang yang mengalami kebencian
pada kelompok diluar mereka dan kuat
memegang tradisional kelompok mereka.
Pengaruh sosial bukanlah faktor terbesar seseorang menghidupkan
perilaku fanatismenya, karena banyak orang yang hidup pada suatu komunitas yang
membenci suatu kelompok namun ada diantara mereka yang jernih memandang
perbedaan dengan kelompok lain, karena ketika seseorang keluar dari kelompoknya
dan berusaha untuk mengenal orang-orang diluar lingkaran mereka, pandangan
negatif menjadi berubah, sehingga faktor sosial dianggap tidak kuat untuk
mempengaruhi paradigma berfikir seseorang, namun jika kita menyentuh dimensi
psikologis seseorang tentang fanatisme, yakni trauma, kekecewaan dan rasa ketidak
adilan sosial, ketidak adilan politik yang
merupakan pil pahit yang harus mereka rasakan dan ini terjadi diberbagai belahan dunia.
Menjadi negara atau komunitas yang terjajah dan tidak memiliki
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan karena dibatasi oleh kelompok yang lebih
kuat, kesenjangan ekonomi, ketidak adilan politik membuat banyak luka dari orang-orang yang
tersakiti merupakan pemicu utama
fanantisme. Dan inilah yang terjadi di Palestina, Afghanistan, Bosnia dan
berbagai negara-negara yang secara peta politik dirampas kemerdekaannya dan dibungkam hak-hak asasinya sebagai manusia, sehingga
menimbulkan teror dan ketidak nyamanan bagi negara-negara yang merampas hak-hak
mereka dan membangkitkan solidaritas diantara mereka karena merasa senasib dan
sam-sama merasa tidak berdaya, kesamaan nasib inilah kemudian melahirkan perlawanan yang kuat dan
siap membela kelompok atau negara yang
memiliki ideologi yang sama dengan mereka.
Satu hal yang menarik fanatisme tidaklah melihat setinggi apa
pendidikan anda atau sejauh mana anda melangkah selama tinggal didunia, karena
dorongan fanatisme lahir dari psikologi seseorang dan ketidak adilan global.
0 komentar:
Posting Komentar